Laman

Senin, 23 Maret 2015

Pengantar Senyap

Senyap. Adalah sepi yg sesepi-sepinya. Mungkin bila dibayangkan seperti sedang berada di ruang hampa. Tanpa kawan, tanpa hewan tanpa tetumbuhan. Bahkan desis suara nafaspun tertahan. Benar-benar tanpa sesuatu kecuali dirinya sendiri. Itu yg mungkin akan disampaikan oleh Joshua Oppenheimer melalui "Senyap"-nya. Dan dari "Senyap" itu kemudian muncullah harapan untuk meriangkan. Bukan malah semakin hanyut dalam senyap.

The look of silence merupakan film dokumenter seorang adik yg sedang mencari kebenaran. Tentang kakaknya yg dibunuh karena dituduh terlibat Gestapu. Mula-mula dari ibunya sendiri. Sedang ayahnya sudah terlalu tua dan pikun. Kemudian dia menemui para pelaku pembunuhan. Mengorek bagaimana cara kakaknya dibunuh. Bagaimana korban-korban fitnah dianiaya.

Dalam "Senyap" kita bisa melihat perbandingan antara pelaku pembunuhan tertuduh pki dan anggota keluarga pki. Bagaimana congkaknya seorang ketua DPRD mencoba "mengamankan" pki yg sedang mencari kebenaran. Bagaimana anak pembunuh merasa bangga karena ayahnya seorang penyelamat pancasila. Dan bagaimana seorang paman bersembunyi dari kesalahan membunuh kemenakannya sendiri.

Dari "Senyap" ini kita diharapkan belajar mengnai sejarah yg otentik. Sejarah yg dikorek dari pelakunya itu sendiri. Bukan sejarah yg direka-reka untuk menaikkan wibawa penguasa. Selama ini yg kita kenal sebagai sejarah adalah kejadian masa silam yg tertulis dibuku-buku. Sementara para pelaku atau keluarga korban, bahkan korban itu sendiri tidak pernah dimintai keterangan untuk meng-otentikkan kebenaran sejarah. Maka tinggallah sejarah kita hanya isapan jempol seorang pengarang, penyair, nobelis, cerpenis dan penuli-penulis fiksi. Bahwa sejarah yg hari ini beredar hanya cerita belaka. Bukan cerita sebenarnya, tapi seperti cerita novel karangan Pramoedya Ananta Toer yg banyak berkisah mengenai sejarah. Seperti tetralogi buru yg diambil dari kisah hidup seorang pejuang tanah air. Tapi, kisah itu tidak bisa disebut sejarah, karena memang bukan sejarah.

Begitulah. Bahwa pada generasi yg kesekian, kita masih menanggung sejarah gelap. Sejarah yg masih sulit dibuktikan kebenarannya. Dan ribuan atau bahkan jutaan nyawa melayang menuntut kebenaran itu segera diungkap. Dan semongga film-film dokumenter bertajuk "Senyap" bisa segera mngudara. Tidak hanya di Sumatra utara saja. Semoga di Banyumas-pun akan mengeluarkan kebenaran sejarah melalui versinya sendiri.

Kang Mahbub Wibowo, Kang Susanto, Kang Doni, dan kawan-kawan lainnya yg pernah mengimpikan film dokumenter tentang pendidikan politik dikalangan akar rumput. Meski belum terwujud, tapi dengan semangat kebenaran, semoga suatu saat film-film dokumenter dari akar rumput bisa bergandengan dg "Senyap".

Mari bicarakan apa yg ada dibenak kita tentang sejarah Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar