Laman

Selasa, 03 Maret 2015

Keputusan Sebuah Cita-cita

Setiap nafas dirasainya sebagai deru kehidupan. Cobalah sesekali nikmati, dengar dan rasakan hembusan itu. Lalu tahankan sejenak. Kiranya seberapa lama kita bisa bertahan tanpa nafas? Kita bisa menahannya, tapi tidak bisa mengontrolnya. Nafas, detak jantung, aliran darah, proses perubahan enegi dalam tubuh kita dari makanan, semua tidak bisa kita kontrol. Kita sedang tidur pun semua itu masih bekerja memenuhi tugas dan fungsinya. Sekali lagi tanpa kita kontrol.

Lebih kecil ada susunan jaringan, kemudian ada sel-sel. Dalam sel itu ada unit-unit, unit itu terdiri dari zat-zat yg bisa dipelajari semakin kecil-mengecil. Dan aku terlalu besar untuk mengamati yg kecil itu. Aku tidak bisa teliti. Menjadi sebuah keyakinan bahwa semua bukan ada karena proses alam saja. Kesempurnaan yg demikian hanya bisa diciptakan oleh Yang Maha Sempurna.

Organ-organ bersambung menjadi sistem organ yg berhubungan pula dan membentuk tetumbuhan, hewan-hewan dan tentu manusia yg kompleks. ربنا ماخلقت هذا باتلا . Tuhan tidak menciptakan sesuatu itu kecuali didalamnya ada sebuah pelajaran. Bahkan dari kotoranmu itu, jika kamu mau, pasti bisa kamu petik sebuah atau beberapa buah pelajaran.

Organ manusia diciptakan sempurna, dan terbiasa bekerja semuprna. Bahkan ketika kita menghina tangan melalui mulut, tak kemudian tangan menampar sang mulut. Telinga yg tau setiap rahasia, baik yg diucapkan keras-keras maupun yg berbisik, masih terus bersetia menjaga rahasia itu. Dan menjadi seperti organ yg sempurna itu bukan perkara gampang dalam kehidupan manusia.

Dalam satu manusia yg berhubungan dengan ekosistem menjadi memiliki berbagai fungsi. Ketika berada di rumah berfungsi menjadi suami atau istri atau anak. Ketika di tempat kerja akan berfungsi lain. Begitu di lingkungan bersama teman-teman, lain lagi fungsinya. Dan kemudian ketika bermasyarakat, bernegara tapi tetap sebagai manusia dimapun kita berada.

Suatu kali, aku sendiri, sebagai buruh tidak bisa serta merta meninggalkan sebuah perusahaan. Jantung, meskipun setiap detik memompa darah, dia tak akan pernah merasa bosan dan lelah atau menginginkan sejenak untuk rehat. Ada mekanisme untuk melepaskan itu semua. Nafas kehidupan harus berhenti.

Sebagai buruh yg juga manusia, aku berperasaan, untuk perlu membicarakan perasaan. Semua organ tubuh perlu tahu mengapa mata tak pernah bisa melihat telinga. Seperti semua rekan kerja perlu mengerti sebuah alasan aku berhenti. Dan aku sampaikan alasan itu. Tak lain dan tak bukan adalah karena usia yg menua memaksa mengejar cita-cita. Cita-cita sebagai anak, sebagai kepala keluarga, sebagai teman, sebagai anak desa, sebagai warga negara, sebagai orang beragama dan tentu saja cita-cita sebagai manusia. Sementara cita-cita sebagai karyawan, jika aku termasuk karyawan, di perusahaan itu aku cukupkan. Aku lakukan sebisaku segala fungsi dan tugasku sebagai pelayan. Paru-paru seorang perenang bisa menahan nafas lebih lama dan lebih banyak ketimbang paru-paru seorang perokok. Dan aku sebagai manusia pasti ada banyak kekurangan dalam bekerja. Dan kesalahan adalah manusiawi. Tapi hanya manusialah yg seharunya belajar dari kesalahan itu.

Aku tunjukan, bahwa tulisan ini adalah cita-citaku. Aku memimpikan ini dari 6 atau 7 tahun belakangan. Sebagai manusia yg komplek aku ingin menyumbang. Dan sebaik-baik manusia yg berperadaban adalah manusia yg hidup pada zaman baca tulis. Dan manusia sebelum itu disebut pra sejarah. Dan maka aku ingin sumbangkan tulisan sebgai bacaan manusia beradab.

Adapun sebagai sesama manusia engkau, kamu, kalian dan Anda semua hendak membantu ya silahkan. Aku tak berhak melarang suatu apa kepada makhluk merdeka. Dan ketika acuh pun, lah itu hak kalian, dan yg pura-pura peduli pun itu sudah sangat baik. Setidaknya mereka sudah tau apa yg aku inginkan sebagai manusia, sebagai anak, sebagai suami dan kepala keluarga, sebagai buruh yg bekerja melayanimu.

Tulisan ini akan abadi, sebagai bukti aku pernah berkerja melayanimu. Sebagai bukti bahwa aku terus berusaha memanusiakanmu. Kata sebuah lagu Iwan Fals, aku menyayangimu karena kau manusia. Tapi kataku, bukan manusia pun aku menyayangimu, karena setiap apa yg tercipta ada untuk dipelajari, untuk dimengerti, untuk manusia itu sendiri.

Untuk orang-orang yg berat melepasku pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar