Laman

Minggu, 08 Maret 2015

Ngebut

Dalam sebuah buku(kitab kuning), kalau tidak salah judulnya 'ushfuriyah. Memuat sebuah cerita yg--bila itu benar-benar terjadi dan semua orang menyadari--sangat menggemparkan. Orang jawa akan berpikir jagad ini sudah tak seimbang.

Ceritanya; suatu pagi Sayyidina 'Ali kw. terlambat bangun dan bergegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Dalam keterburuannya, ditengah jalan ada seorang kakek yg telah renta berjalan searah dengan jalan yg dilalui Sayyidina 'Ali. Demi menghormati orang tua tersebut Sayyidina 'Ali tidak mau mendahului. Maka berjalan terus di belakang sang kakek.

Dalam keseimbangan tentunya Sayyidina 'Ali seharusnya terlambat sampai di masjid. Namun kekuatan ghoib berkata lain. Kekuatan yg berada diluar mainstream kebanyakan manusia. Sayyidina 'ali masih bisa ikut berjama'ah dan matahari masih belum terbit. Kemudian malaikat jibril memberitahukan rahasia di hari yg luar biasa itu. Bahwa malaikat jibril menahan posisi ruku' nabi dengan sayapnya, nabi Muhammad saw. yg menjadi imam sholat. Dan malaikat mikail menahan matahari agar tak terlalu cepat terbit. Maka sholat subuh menjadi lebih lama. Begitu pun matahari tertahan untuk terbit. Dengan demikian sang waktu berhenti sejenak. Berhenti untuk menghormati orang tua yg ternyata nasrani. Dalam hal ini, orang tua itu bukan dari pengikut nabi Muhammad saw. maupun Sayyidina 'Ali.

Perkembangan teknologi semakin canggih. Orang-orang pada berebut menjadi yg tercepat. Mulanya sepeda, lalu sepeda bermotor lalu mobil. Begitulah galibnya manusia yg serba ingin cepat. Atau hanya karena aku seorang indonesia hingga berpikiran demikian? Belum merasa puas jika belum memiliki kendaraan yg lebih cepat. Kemudian kebut-kebutan dijalan.

Kadang-kadang, saat aku menyusuri jalan dengan sepeda motor, aku terbayang dengan cerita Sayyidina 'Ali itu. Rela ketinggalan sholat berjama'ah hanya karena menghormati seorang kakek. Karena dijalan yg aku susuri pun pasti tak sepi dari seorang yg sudah tua usianya. Bagaimana aku menghormatinya? Jika seorang tua itu sama menaiki sepeda motor mungkin aku bisa terus mengendarai sepeda motorku di belakangnya. Tapi kalau seorang tua itu ternyata bersepeda ontel atau bahkan jalan kaki, bagaimana aku akan menghormatinya dengan berjalan di belakangnya? Sementara aku mengendarai sepeda motor.

Barangkali adab sopan santun di dunia ini benar-benar telah terkikis sedemikian ruapa. Sudah menjadi jamannya yg muda lebih cepat. Tanpa permisi menyalip yg lebih tua. Bahkan di jalanan kadang yg muda membentak yg tua gara-gara yg tua memghalangi jalannya.

Barangkali, sebulan yg serasa sehari itu karena kutukan sang waktu. Kutukan pada generasi sekarang yg menyalip orang tua di jalanan. Barangkali, kecepatan waktu yg aku rasakan belakangan ini berkait-tautan dengan kisah Sayyidina 'Ali. Meski orang tua itu bukan dari golongan kita. Bahkan cenderung musuh. Karena selalu ada jeda antara generasi muda dan tua. Dan selalu ada ketegangan antara keduanya.

Semoga kesalahan menyalip para orang tua di jalanan diampuni. Semoga sang kala waktu tak cepat menuju pembaringan terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar