Kajian NU,
jika dipaami secara etimologi pun masih megandung ambiguitas. Kajian NU itu
maksudnya kajian yang sesui kaidah NU atau kajian yang membahas tentang NU?
Tapi kemudian justru keduanya pun menjadi penting bagi NU sendiri. Baik kajian
yang berjalan sesuai kaidah NU maupun kajian yang membahas lebih dalam tentang
NU.
Berbicara
tentang NU, tak lengkap rasanya jika tak menyinggung Muhmmadiyah. Bahwa antara
berdirinya Muhammadiyah dan NU ada jeda yang lumayan lama. Ada selang antara
Muhammadiyah sebagai organisasi dan NU sebagai organisasi. Yang jelas NU kalah
dalam dalam hal waktu ketimbang Muhammadiyah. Padahal Muhammadiyah hanya memiliki 1 icon saja.
Sedangkn icon bagi NU ya para Kyai yang jumlahnya tidak hanya hitungan jari. NU
dating belakangan dan boleh dikatakan terlambat atau tertinggal.
Dan pada masa
kekinian, generasi muda NU, baik yang terjaring dalam IPNU-IPPNU, Anshor,
Fatayat, maupun PMII, semua sedang gencar menggemborkan Pers dan Jurnalistik
sebagai lahan atau cara untuk mengembangkan oraganisasi atau untuk tujuan yang
lebih mulia lainnya. Seperti membumikan ajaran Aswaja ala NU.
Padahal
disana-sini sedang marak berkembang isu tentang kelicikan-kelicikan media masa.
Baik cetak, audio, maupun audio visual. Media masahanya penyebar gossip isapan
jempol saja yang kemudian membentuk opini public yang nantinya hanya akan
menguntungkan segelintir oknum saja.
Yang marak
terjadi adalah saat adanya pesta demokrasi. Satu media mengatakan Pak A yang
elektabilitasnya tertinggi. Sementara media lainnya mengatakan Pak B-lah yang elektabilitasnya tertinggi. Dan apalagi kalau bukan untuk membentuk pandangan
umum yang nantinya akan menguntungkan Pak A atau Pak B. maka bukan hanya
Part-Tai saja yang barmain curan. Tapi media masa pun sebenarnya sama busuknya.
Dan sekali
lagi, dengan keterlambatannya, NU mulai memunculkan diri dengan media masanya
sendiri. Dengan harapan mampu membendung simpang-siur dalam media masa yang
hanya mencari keuntungan golongan atau pribadi. Membendung informasi-informasi
yang tidak akurat yang nantinya hanya menguntungkan segelintir orang dan
menewaskan banyak manusia lainnya.
Serta perlu
dukungan dari berbagai elemen yang terdapat dalam barisan NU guna mewujudkan
cita-cita mulia tersebut. Bukan hanya golongan muda saja. Tapi baiknya di semua
golonga, baik tua maupun muda, perempuan maupun lelaki. Bersama membangun
transparasi NU dan Indonesia melalui media masa. Meski dalam keterlambatan, dan
selalu dalam keterlambatan.