Menulislah maka kamu akan hidup abadi. Kata Pramoedya,
seorang sastrawan indonesia yang ditapolkan oleh orde baru. Atau ikatlah ilmu
dengan menuliskannya. Kata Sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib kw. Dua kalimat itulah
yang menggugah kepenulisan. Kedua-duanya mengajak untuk menulis dengan latar
yang berbeda. Yang satu untuk kehidupan yang abadi sedang yang lain untuk ilmu.
Dalam kalimat pertama menawarkan kehidupan abadi yang jelas
mustahil terjadi. Tapi dengan menulis nama kita tidak akan lekang oleh waktu. Kata
pepatah macan mati meninggalkan belangnya. Maka manusia yang belangnya berupa
tulisan yang bisa dibaca oleh manusia dari zaman ke zaman namanya akan terus
hidup. Namanya akan terus disebut sebagai penlis ini atau itu.
Kalimat berikutnya menawarkan sesuatu yang lain. Menawarkan untuk
tetap berilmu dengan menulis. Maksudnya manusia yang mudah lupa itu akan diingatkan
melaului tulisannya sendiri. Pelajaran-pelajaran yang diperoleh saat berada di
sekolah dasar akan mudah teringat dengan membuka kembali tulisan-tulisan lama.
Selain dari itu adalah bahwa musti ada sistem dokumentasi
yang canggih. Apabila tulisan-tulisan berserakan tanpa dokumentasi maka
mustahillah mendapatkan keabadian atau kembali mengulangi pelajaran. Keabadian itu
musnah dengan sekejap oleh pendokumentasian yang amburadul. Atau ilmu akan
menguap dengan hilangnya tulisan-tulisan.
Untuk menjadi penulis, baik itu berupa ilmu sebagai ilmuwan
atau cerita sebagai sastrawan, kedua-duanya membutuhkan kedisiplinan. Kalau dilihat
dari penampilan memang kedua-duanya seperti mengabaikan hal-hal yang kecil. Seperti
bangun siang, jarang mandi, rambut gondrong yang kumal atau pakaian yang
seadanya. Dan semua itu sangat masuk akal dalam penjelasannya. Tapi dalam
penampilan yang demikian itu tersimpan rapi kedisiplinan dan pendokumentasian
yang orang banyak tidak mengetahui. Dan para penulis ini jarang yang mau
berbagi tentang rahasia ini. Dan biarlah penulis-penulis menemukan caranya
sendiri untuk menelurkan apa-apa yang ada dalam pikirannya.
Bangun siang memang seperti kebiasaan buruk. Tapi apa
salahnya kita menelisik lebih jauh tentang ini. Jika benar bahwa malam adalah
kegelapan surga yang diturunkan ke bumi maka menemani malam adalah persiapan
untuk menjadi penghuni surga. Dengan berkah-berkah surga maka apa-apa yang
tidak mungkin menjadi mungkin. Pemikir-pemikir menemukan pemikiran yang
menakjubkan melalui perenungan dimalam hari. Dan hingga malam beranjak pemikir
itu baru menyadari bahwa pagi hampir tiba dan baru memejamkan mata. Maka wajarlah
mereka, para pemikir itu hampir selalu bagun siang. Tentu dengan hasil-hasil
yang mengejutkan. Bukan untuk bersenang-senang atau semacamnya.
Jarang mandi. Siapa bilang penulis jarang mandi? Atau ilmuwan
dan sastrawan jarang mandi? Bahkan mandi itu menyegarkan tubuh dan pikiran yang
selalu bisa menyelesaikan masalah ketika tulisannya mengalami kebuntuan. Pasti para
penulis itu bisa saja mandi sehari lima kali atau lebih untuk mendulang pikiran
yang lebih jernih dan lebih segar. Tapi perlu diingat bahwa pekerjaan menulis
bukan pekerjaan mudah. Kadang penulis sampai tertidur dalam menyelesaikan
naskah tulisananya. Atau sesekali mereka tak pernah beranjak dari tulisannya
hanya untuk menjaga ritme tulisan yang memang sudah tertulis diotaknya. Apabiala
ditinggalkan untuk mandi maka bisa saja semua sirna tersiram air. Digantikan dengan
ide baru yang sepertinya lebih memukau dan tulisan sebelumnya belum selesai. Maka
sebaiknya tulisan diselesaikan selagi alur di kepala masih terus berjalan.
Rambut gondrong. Yang katanya semakin rambut perempuan itu
pendek maka semakin pendek pula pikirannya. Bisa jadi inilah alasanya para
penulis berambut gondrong. Tapi penulis-penulis jaman ini telah berubah. Bahkan
Pram pun rambutnya plontos. Jadi bukan setandart kalau penulis harus berambut
panjang.
Seorang penulis yang tentunya memiliki kemampuan lebih bukan
memandang sesuatu dari pakainya. Untuk apa pakaian mewah yang hanya menutupi
tubuhnya ketika otak dungu? Atau jangan menilai buku dengan melihat sampulnya.
Terakhir lagi pernah kudapatkan sesuatu yang berkaitan
dengan tulisan. Tulis apa yang kamu lakukan dan lakukan apa yang kamu tulis. Ini
adalah hal yang luar biasa ketika dipraktekkan. Sebisa mungkin akan mudah
menilai sebuah hari dengan membaca tulisan. Kemudian apa-apa yang perlu
diperbaiki maka perbaikilah. Sedang apa yang sudah baik maka lakukanlah
kembali. Dan tulisan tentang apa yang telah dilakukan waktu kemarin bisa
menjadi acuan pada langkah berikutnya.
Mari menulis entah untuk alasan apapun. Tapi membiasakan menulis
bukan sesuatu yang merugikan. Selamat belajar menulis kawan.