Laman

Minggu, 22 Maret 2015

IPNU Gila

Maret 2015 aku mudik ke Banyumas. Hapir 2 tahun aku absen dari organisasi yg namanya IPNU secara struktural. Namun demikian, secara kultural trilogi IPNU masih melekat di hati. Selalu belajar untuk berjuang agar senantiasa bertaqwa. Pun masih terus mengikuti perkembangan berita-beritanya dari media online. Baik yg di pusat maupun di daerah. Seperti Banyumas. Dan melalui media komunikasi yg bersifat privat, baik sms atau yg lainnya.

Kabar kepulanganku aku sebar melalui media sosial. Dan teman-teman menganggap itu sebuah cerpen. Ah, begitulah aku. Selalu disangka si pembuat cerita. Dan mungkin itu lebih baik bagiku. Paling tidak aku bisa menikmati waktu berliburku.

Aku berangkat dari agen bus di terminal Lebak Bulus. Kurang lebih pukul 5 sore sopir bubus mulai mnginjakkan kakinya di pedal gas. Waktu bergulir begitu cepat seiring kecepatan bus menembus malam. Samapi di Ajibarang pukul setengah dua dini hari. Dan seorang IPNU bertanya kebenaran kabar aku pulang. Kebetulan dia anak Cilongok dan aku berencana turun di Cilongok. Jadi kusuruh dia untuk melihat aku turun dari bus. Aku turun di depan pas Cilongok. Dan ternyata dia sesang berada di kantor kecamatan Cilongok. Masih IPNU-an. Di malam menjelang pagi masih IPNU-an?

Begini Rekan, Gus Dur pernah berkelakar tentang NU gila. Katanya, kalau dari jam 8 sampai jam 10 malam masih ngurusin NU, itu NU militan. Kalau dari jam 10 sampai jam 12 malam masih ngurusin NU, itu gila NU. Dan kalau dari jam 12 sampai dini hari masih ngurusin NU juga, itu namanya NU gila. Wong wayahnya istirahat kok masih ngurusin NU. Dan aku pikir IPNU pun demikian.

Sehubungan dengan itu, aku kutipkan juga kelakar seorang mantan ketua IPNU PAC Ajibarang. "Nggo ngapa ngurusi IPNU? IPNU tah ko pra melu ngurusi nana ndeyan tetep ana sing ngurusi koh". Buat apa ngurusi IPNU? IPNU itu, biar kamu tidak ikut ngurusin juga tetap ada yg ngurusin kok. Dan yg tak kalah pentinya adalah wejangan mantan ketua PC IPNU kabupaten Banyumas. Pikirkan tentang IPNU minimal satu kali dalam sehari.

Menafsiri kelakar dan petuah yg saling menyambung itu aku kira begini. Bagus sekali ber-IPNU setotal mungkin. Jika sudah total, tidak boleh meninggalkan urusan yg bukan IPNU. Maksudnya yg sekolah ya urusin sekolahnya, yg kerja ya urusin kerjaannya. Bagilah waktu sebaik mungkin. Saya yakin kalau setiap hari isinya ngomongin IPNU, berkumpul dg orang yg itu-itu saja, pasti ada rasa bosan. Kalau sudah berada pada taraf bosan ini menjadi bahaya. Maka sisihkanlah banyak waktu untuk tidak memikirkan IPNU. Dan cukupkanlah sehari sekali mikir tentang IPNU. Kalau tidak mau disebut IPNU gila.

Kalau masih ada yg berani berkelakar, lebih baik jadi IPNU gila ketimbang jadi gila yg lain, ya itu urusan rekan ya. Aku tak mau menanggung akibatnya. Seperti di Purwojati, ada kalanya anak-anak tak diijinkan menginap meski untuk tujuan dan kepentingan IPNU. Meski sudah ada surat tembusan, meski kegiatan itu jelas, meski dan seribu meski yg lain. Tolong, sisihkan waktu yg tanpa IPNU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar