Laman

Sabtu, 29 Desember 2012

Cerita Dari Pilkatren


Ini tulisan saya untuk Mabok (Majalah Tembok) Ponpes Fathul Huda Kebondalem Purwokerto dalam menyikapi pemilihan Lurah pondok.

6 Oktober 2012 nanti kita selaku warga PonPes Fathul Huda akan merayakan produk demokrasi. Yang menurut peritungan kalender hijriah telah genap 2 tahun Kang Rohingun mengabdikan diri sebagai Lurah. Maka pada tanggal yang telah ditentukan KPU akan diadakan pemilihan Kepala pesantren atau yang lebih sering kita sebut sebagai Lurah.
Menurut Ketua KPU PonPes Fathul Huda, Muhammad Nasr Rahmansyah, yang dilansir kamis, 27 September mengumukan peraturan demokrasi sepenuhnya. Yaitu suara harus mencapai 50% lebih satu agar calon yang terpilih benar-benar sah ditetapkan sebagai Lurah. “ Dan apabla pada putaran pertama tidak ada yag mencapai target tersebut maka akan diadakan Pemilu putaran ke-II” begitu tambahnya.
Dari data yang terhimpun ada 6 calon yang telah terdaftar. Berdasarkn abjad menjadi begini urutannya. Kang Agus Maimun, Kang Ahmad Jaelani, Kang Hermanto, Kang Khoirul Umam, Kang Muhammad Bisri, Kang Sutriono.
Menurut pengamatan dari team Mabok Kang J memiliki sura unggul. Namun tetap saja keadaan bisa berubah setelah masa kampanye. Selain pidato tentang visi dan misi yang menjadi pertimbangan, juga bagaimana team sukses dari masing-masing calon mempromosikan barang dagangannya.
Disinilah perhatian kita harus tercurah. Demokrasi yang entah dari mana asalnya itu harus benar-benar tinggal demokrasi. Tidak lagi memandang pekewuh keilmuan, tidak lagi memandang pekewuh usia apa lagi dengan pekewuh kejantanan seperti, ganteng, kuit putih, rambut lurus dan lain sebagainya.
Menurut saya PilKaTren(pemilihan ketua Pesantren) belum lagi mengenal politik praktis seperti pemilu-pemilu pada umumnya. Dan bahkan beberpa calon pun merasa enggan ketika dirinya dicalonkan. Dan jika ada yang mencalonkan diri pun masih sangat jarang, bahkan mungkin tidak ada. Itulah kelemahan dari PilKaTren ini.
Wong sudah ogah-ogahan kok ya masih dipilih, akhirnya kinerjanya pun mlempem. Jadi bukan lagi masanya Ketua kita terpilih dengan jalan yang kita tidak tahu. Seperti misalnya ditunjuk dari pihak pengasuh atau yang berwenang. Yang akhirnya pertanggungjawabannya pun kita tidak tahu. Maka kita pun tak lagi sanggup mengontrol.
Seharunya PilKaTren ini didukung sepenuhnya baik oleh warga maupun setiap unsur yang berhubungan dengan PonPes Fathul Huda. Karena nantinya Ketua atau Lurah itu pun mendedikasikan waktu dan pirannya untuk warga dan unsur-unsur tersebut. Bukan hanya sekedar dipilih dan ongkang-ongkang karepe dewek.
Setelah Lurah itu dilantik, maka tugas kita adalah mengontrol kinerja dari kabinet yang akan dibentuk. Baik kontrol secara langsung maupun tidak. Kita punya Mabok sebagai media untuk menyalurkan segala unek-unek yang perlu orang lain ketahui. Termasuk untuk menggarisbawahi kinerja kabinet pemerintahan dalam negara Fathul Huda ini.
Maka belajarlah dari sejarah Indonesia yang usianya sudah 67 tahun tapi baru 6 presiden yang terpilih. Dan dua diantaranya merupakan pengganti atau PJS(Pengganti Jabatan Sementara). Maka hitungannya menjadi 4 presiden terpilih. Dan yang lebih mengagetkan ketika masa orde baru yang berkuasa selama 32 tahun tanpa mengganti presiden. Tanpa bisa melakukan kontrol. Dan warisanya pun sekarang kita sedang merasakan.
Lalu apakah generasi setelah kita di negara Fathul Huda ini harus merasakan warisan orde baru itu?
Azka Rose

Tidak ada komentar:

Posting Komentar