Ini tulisan saya untuk Mabok (Majalah Tembok) Ponpes Fathul Huda Kebondalem Purwokerto dalam menyikapi pemilihan Lurah pondok.
6 Oktober 2012 nanti kita selaku warga PonPes Fathul Huda
akan merayakan produk demokrasi. Yang menurut peritungan kalender hijriah telah
genap 2 tahun Kang Rohingun mengabdikan diri sebagai Lurah. Maka pada tanggal
yang telah ditentukan KPU akan diadakan pemilihan Kepala pesantren atau yang
lebih sering kita sebut sebagai Lurah.
Menurut Ketua KPU PonPes Fathul Huda, Muhammad Nasr
Rahmansyah, yang dilansir kamis, 27 September mengumukan peraturan demokrasi
sepenuhnya. Yaitu suara harus mencapai 50% lebih satu agar calon yang terpilih
benar-benar sah ditetapkan sebagai Lurah. “ Dan apabla pada putaran pertama
tidak ada yag mencapai target tersebut maka akan diadakan Pemilu putaran ke-II”
begitu tambahnya.
Dari data yang terhimpun ada 6 calon yang telah terdaftar.
Berdasarkn abjad menjadi begini urutannya. Kang Agus Maimun, Kang Ahmad
Jaelani, Kang Hermanto, Kang Khoirul Umam, Kang Muhammad Bisri, Kang Sutriono.
Menurut pengamatan dari team Mabok Kang J memiliki sura
unggul. Namun tetap saja keadaan bisa berubah setelah masa kampanye. Selain
pidato tentang visi dan misi yang menjadi pertimbangan, juga bagaimana team
sukses dari masing-masing calon mempromosikan barang dagangannya.
Disinilah perhatian kita harus tercurah. Demokrasi yang
entah dari mana asalnya itu harus benar-benar tinggal demokrasi. Tidak lagi
memandang pekewuh keilmuan, tidak lagi memandang pekewuh usia apa lagi dengan
pekewuh kejantanan seperti, ganteng, kuit putih, rambut lurus dan lain
sebagainya.
Menurut saya PilKaTren(pemilihan ketua Pesantren) belum lagi
mengenal politik praktis seperti pemilu-pemilu pada umumnya. Dan bahkan beberpa
calon pun merasa enggan ketika dirinya dicalonkan. Dan jika ada yang
mencalonkan diri pun masih sangat jarang, bahkan mungkin tidak ada. Itulah
kelemahan dari PilKaTren ini.
Wong sudah ogah-ogahan kok ya masih dipilih, akhirnya
kinerjanya pun mlempem. Jadi bukan lagi masanya Ketua kita terpilih dengan
jalan yang kita tidak tahu. Seperti misalnya ditunjuk dari pihak pengasuh atau
yang berwenang. Yang akhirnya pertanggungjawabannya pun kita tidak tahu. Maka
kita pun tak lagi sanggup mengontrol.
Seharunya PilKaTren ini didukung sepenuhnya baik oleh warga
maupun setiap unsur yang berhubungan dengan PonPes Fathul Huda. Karena nantinya
Ketua atau Lurah itu pun mendedikasikan waktu dan pirannya untuk warga dan
unsur-unsur tersebut. Bukan hanya sekedar dipilih dan ongkang-ongkang karepe
dewek.
Setelah Lurah itu dilantik, maka tugas kita adalah
mengontrol kinerja dari kabinet yang akan dibentuk. Baik kontrol secara langsung
maupun tidak. Kita punya Mabok sebagai media untuk menyalurkan segala unek-unek
yang perlu orang lain ketahui. Termasuk untuk menggarisbawahi kinerja kabinet
pemerintahan dalam negara Fathul Huda ini.
Maka belajarlah dari sejarah Indonesia yang usianya sudah 67
tahun tapi baru 6 presiden yang terpilih. Dan dua diantaranya merupakan
pengganti atau PJS(Pengganti Jabatan Sementara). Maka hitungannya menjadi 4
presiden terpilih. Dan yang lebih mengagetkan ketika masa orde baru yang
berkuasa selama 32 tahun tanpa mengganti presiden. Tanpa bisa melakukan
kontrol. Dan warisanya pun sekarang kita sedang merasakan.
Lalu apakah generasi setelah kita di negara Fathul Huda ini
harus merasakan warisan orde baru itu?
Azka Rose
Tidak ada komentar:
Posting Komentar