Laman

Rabu, 03 April 2013

Cerita Refleksi Konfercab PC IPNU-IPPNU Kab. Banyumas


Terus dan terus saja konspirasi itu akan semakin mewarnai dunia kehidupan kita. Semakin banyak orang yang hidup di dunia ini akan semakin banyak jenis kepentingan yang berbeda. Dan menambah banyaknya daftar konspirasi. Maka tak terelakkan terjadinya konspirasi jilid II ini.

Setelah pemilukada, maka datang lah pemilihan ketua PC IPNU-IPPNU Kab. Banyumas. Lagi-lagi berjubel orang-orang yang berkepentingan hadir utnuk menyaksikan dan bertaruh untuk sebuah kemenangan. Kepentingan Politik, kepentingan bisnis, kepentingan individu, dan semoga saja masih ada orang-orang yang benar-benar memperjuangkan kepentingan IPNU-IPPNU. Dansemoga saja yang memperjuangkan kepentingan IPNU-IPPNU itu menjadi pihak yang menang. Jikalau pun tidak seperti yang diharapkan, paling tidak masih ada IPNU-wan dan IPPNU-wati sejati yang terus belajar, berjuang dan bertakwa tanpa pamrih.

Berita-berita itu santer terdengar. Berita tentang calon, berita tentang pendukung, berita tentang tempat, tuan rumah dan berita tentang kekalahan pengurus yang akan digantikan. Berita itu tiggallah hanya sebagai berita yang kabur terbawa angin. Bahkan sapi putih yang mati dan membusuk pun dikubur dalam-dalam agar tak tercium baunya oleh peserta konferensi. Memungkinkan tidak adanya kontrol dari pengurus bawah ke pengurus di atasnya. Dan memungkinkan untuk terus mengulang kematian sapi putih yang kemudian membusuk.

Tapi tak pernah muncul berita idealitas dan realitas. Siapa idealnya, dan bagaimana realitasnya. Apa yang dimiliki PC IPNU-IPPNU dan apa yang dibutuhkannya. Tapi masing-masing sibuk dengan kepentingan masing-masing. Ada yang mempersiapkan untuk percaturan 2014. Ada yang kong-kalikong untuk perusahaan bisnis corporate. Ada pula yang hanya untuk gengsi kedudukan sebagai ketua PC atau setingkat dengan bupati. Ada yang berkepentingan anti politik. Dan semoga masih ada yang berkentingan seperti kepentingan PC IPNU-IPPNU Kab. Banyumas. Dan semoga yang belakangan ini lah yang kemudian menang. Atau jika terlalu berlebihan dikatakan menang maka gantilah menjadi pihak yang berhasil mengonspirasikan kepentingan itu kepada khalayak PAC-PAC peserta konferensi.

Realitasnya bahwa PC IPNU-IPPNU Kab. Banyumas itu sedang sekarat. Kalau tidak yasin ya ucapan dua kalimat Syahadat lah yang tepat untuk mendampinginya. Tapi ketetapan Tuhan siapa yang tahu? Kalau hendak dituntunnya dua kalimat Syahadat barang kali besok dia akan masih bertahan dengan kesekaratannya itu. Bila yasin, masih ambigu. Biar cepat mangkat apa biar kembali berdiri seperti semula?

Jenis sekarat yang sedang dialami, yang jelas sekali kentara adalah kemampuan PAC-PAC yang tak bisa berpikir jernih. Seorang ketua PAC yang mewakili satu kecamatan harus dipilihkan apa yang akan dia makan. Tentunya dia sedang sekarat kalau tak boleh dikatakan sebagai anak-anak yang baru berusia 3 tahun. Yang kemudian setelah dipilihkan makanan akan ditinggal pergi oleh yang memilihkannya. Si anak keselek dan modar lah dia. Dan itu telah dialami IPNU Kab. Banyumas di periode ke VI. Haruskah itu terjadi kembali di periode ke VII?

Lalu sempat pula terdengar "Jangan sampai orang yang itu terpilih sebagai ketua!". Padahal jelas sekali bahwa demokrasi membolehkan siapa saja untuk dipilih sebagai ketua selama tidak melanggar PD-PRT. Ternyata GusDurian yang terjaring dalam IPNU-IPPNU kab. Banyumas itu tidak merasakan kalau junjungannya itu terluka dengan perkataan dalam tanda kutip itu. Demokrasi Dilukai, dan mereka diam saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar