Laman

Sabtu, 09 Maret 2013

Cerita Dari "Sosial Media"


Belum lama ini dalam sebuah grup Facebook ada yang menanyakan perihal sarung. Sepertinya memang tak penting untuk ditanggai. Tapi kemudian terpikir lagi. Bahwa makna "Sarung" bagi kita itu apa sih? Maka akhirnya aku perlukan menanggapi pertanyaan itu.

Pertanyaannya seperti ini: Mengapa kaum santri/santriwati bersarung? Betul kan? Pertanyaan tak bermutu? Benarkah tak bermutu? Saya pikir itu merupakan pertanyaan seorang yang kritis. Karena, jangan-jangan ada sesuatu yang tersembunyi dari "Bersarung" ala santri itu.

Dalam pemahaman kaum santri memang bersarung itu seperti setengah wajib apa ya? Terutama ketika beribadah. Karena hampir 90% santri itu pasti bersarung ketika beribadah. Apa lagi ketika berada di lingkungan pesantren.

Refrensi tentang pertanyaan mba ini belum ada bukunya. Hanya dari pendapat yang mungkin-mungkin(Karena pernah berdiskusi dengan pertanyaan yang kurang lbih bgtu).
  1. Santri Peduli: Sarung Itu asli budaya dalam negeri, So kalangan santri yangmayoritas pendukung sunan kali jaga yang melestarikan budaya, atau meng islamkan budaya. Sarung untuk Sholat, Bathik untuk sholat, Songkok untuk solat, yang kesemuanya itu merupakan prodak budaya yang harus dilestarikan.
  2. Aman dan Nyaman: Sarung tergolong menjado beberapa farian bahan dan motif, harga terjangkau, baik memakai maupun melepasnya mudah, nyucinya gampang, cepet kering pula dengan bahan yang tak terlalu tebal. Hal itu sangat menunjang kegiatan santri yang serba extra, extra sibuk dg jadwal ngaji padat, extra male nyuci, extra miskin, extra lemes karena sering puasa dan yang oaling utama adalah nyaman sekali dipakainya ketika ngaji. Konon mengaji itu ada proses pembakaran dosa dalam tubuh, sehingga kita akan selalu merasakan gerah yang teramat sangat, sehingga oenggunaan sarung bisa mengurangi rasa gerah itu kerena bagian bawahnya bebas terbuka(Semriwing---enak adem).
  3. Kur Teyenge: Beberapa hari yang lalu Kyai yang lebih hobi brcelana ketika tidak sedang dalam keadaan mengaji atau berhadapan dengan santriya mengataknbahwa: pekerjaan kyai adalah duduk mengaji, duduk dzikir, duduk nonton tivi, duduk mulang, dan dudukduduk yang lainnya, sehingga akan memicu membuncitnya perut. dan ketika perut mambuncit ini bisa setiap bulan kyai itu ganti ukuran celana karena pinggangnya sudah tidak muat, maka alterfnatif yang paling enak dan mudah ya peke sarung.
kye tah anu jere dewek, degugu ya kena ora ya olih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar