Laman

Minggu, 16 November 2014

Welcome to Banyumas Satria City

Beda Banyumas beda pula Jakarta. Begitu keluar dari hiruk pikuk kota, menembus jalan tol yang selalu hijau di pinggiran bahunya sudah terasa dinginnya ac bus. Memasuki kota-kota kecil seperti Subang, Indramayu dan Cirebon menjadi semakin dingin dan semakin dingin. Lebih dingin lagi memasuki kaki gunung Selamet, di lembah-lembah Bumiayu, Paguyangan dan Ajibarang.

Kalo di Jakarta, tidur malam pun masih harus di kipas-kipas. Padahal setelah sesiangan hujan-hujanan. Pun kadang masih belum cukup. Harus pula disertai lepas baju sampai telanjang untuk menjaga kualitas tidur. Bayangkan betapa panas dan sumpeknya Jakarta. Tapi ribuan orang tiap tahunnya selalu saja berdatangan yang baru.

Banyumas Satria City, pelataran kaki gunung Selamet. Yang konon dibawah tanah kabupaten ini berupa lahar. Tapi setiap malam selalu lebih dingin dibanding Jakarta. Kalo di Jakarta tidur musti telanjang. Tapi kalo di Banyumas, lari pagi cari keringat atau sekedar olahraga jalan kaki masih memerlukan pula jaket kulit tebal. Lengkap dengan masker, penutup kepala dan sarung tangan. Juga celana trening panjang beserta sepatu dan kaos kakinya.

Bayangkan bagaimana malam harinya! Kalau tidur, paling enak berselimut. Lebih enak lagi kalau selimutnya selimut kulit. Emang ada selimut kulit? Jaket kulit kali...

Selimut kulit. Ada kan selimut kulit? Dan lebih enak kalau selimut kulitnya terbuat dari kulit manusia. Wah parah nih. Masa kulit manusia dibuat selimut sih? Iya, bener. Apa lagi kulit manusia lengkap dengan daging tulangnya. Pasti mantap tuh dijadikan selimut malam menemani tidur. Bisa-bisa lupa kalau hari sudah pagi. Pun kalau tak ingat kewajiban makan mungkin kita akan tetap di kasur meski matahari telah menegur.

Kalian tahu selimut kulit manusia yang lengkap dengan daging tulangnya??? Itu adalah suami atau istri kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar