Laman

Kamis, 31 Januari 2013

Cerita Dari Kampung Suhuf

Tulisan. Apa pun betuk tulisan itu, memiliki maksud tersendiri. Setiap penulis memaparkan maksud tulisannya itu. Bahkan tulisan plagiasi pun ada pesan yang terkadung disana. Bisa bentuk tujuan jangka pendek, seperti untuk belajar. Atau jangka panjang untuk mengenang.

Tetapi masa sekarang, kebanyakan komunitas kepenulisan, mengorientasikan tulisan itu pada terbit atau tidaknya. Yang secara tidak langsung mengutamakan materi ketimbang seberapa besar manfaat tulisannya itu. Yang pada ujungnya akan memunculkan tulisan-tulisan yang bukan gambaran diri. Atau lebih tepatnya tidak sesuai dengan kepribadian penulisnya.

Gamblangnya saja. Setiap penerbit memiliki kepribadian yang diusungnya melalui buku yang mereka terbitkan. Begitu juga surat kabar, majalah, atau pun buletin. Dan ketika kita menginginkan tulisan kita dimuat di buletin A, misalnya, kita harus menyesuaikan tulisan kita dengan apa yang buletin A suarakan.

Mudahnya. Misalkan saya adalah pemimpin penertbitan A, dan saya suka bentuk-bentuk tulisan Om Pramoedya Ananta Toer. Maka bentuk-bentuk tulisan itu lah yang mendapat sambutan hangant untuk diterbitkan. Sementara itu Si Penulis belum tentu benar-benar sosialis seperti Om Pram.

Kemudian lagi. Sebuah kata-kata yang terlalu dalam berhubungan dengan ke-pe-nu-li-san. "Setetes Tinta Dapat Menggerakkan Jutaan Manusia Untuk Berpikir". Itu baru tintanya tok, bagaimana dengan tulisannya? Maka sudah seyogyanya sebagai manusia yang dikaruniai pikiran akan senang berpikir. dan untuk mempermudah proses berpikir itulah maka perlu adanya tulisan.

Sebuah derama kehidupan jika tak ditulis tak terlihat konflik dan klimaksnya. Sejarah ketika tercecer dari mulut ke mulut akan tinggal cerita isapan jempol. Peradaban manusia jika tak tertulis sama juga dengan sekumpulan monyet-monyet dihutan kalimantan sana.

Jadi bentuklah ceritamu sendiri melalui tulisan diary mu. Bentuklah sejarahmu melalui ceritamu sendiri. Dan satukan peradabanmu utnutk generasi setelah kita. Abadikan derema kehidupan melalui tulisan. Bukan melalui penerbitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar