Laman

Kamis, 20 November 2014

Manusia

Manusia adalah hal yang paling kompleks dari ribuan macam hal kompleks yang pernah ada. Kompleks mulai dari zat penyusunnya, pemikirannya, sampai output yang dihasilkannya. Pun in put-nya jelas kompleks. Dari zat-zat kimia alami yang sudah diketahui namanya sampai yang belum ternamai dengan sempurna. Komplek dari zat cair, padat dan gas. Kompleks dari bumi, air, udara dan api.

Menciptakan kesimpulan tentang manusia tak semudah mencipta sebait puisi atau selarik pantun. Pun tak akan habis dibahas dalam satu buku. Pun beribu-ribu buku yang ada di dunia hanya membahas tentang manusia. Dari sisi religi, keyakinan dan keimanan serta ketuhanan. Semua yang dibahas hanya manusia saja. Tak menyentuh keagungan Tuhan sedikitpun. Pun tersentuh keagungan Tuhan, hanya sebatas pancaran. Bukan keagungan Tuhan yang sesungguhnya.

Dari sisi ekonomi hanya manusia yang memiliki ilmu terapan tentang itu. Behubungan dengan perdagangan, keuangan, debit kredit, kemakmuran, kesejahteraan kenyamanan, kebahagiaan, dan seluruhnya yang di bahas dalam ilmu ekonomi hanya untuk manusia. Hewan-hewan tak pernah bertanya tentang ekonomi. Tetumbuhan pun tak. Tuhan pun tak. Manusia menciptakan untuk dirinya sendiri. Untuk kemakmuran sendiri, untuk egonya yang tak pernah mau mengalah.

Kemudian bermunculan ilmu-ilmu pertahanan, geografi, geologi, geopolitik, dan geo-geo yang lain. Semua dipelajari untuk kepentingan manusia, untuk kebahagiaan manusia, untuk kesejahteraan manusia. Lalu ilmu fisika terapan energi, perubahannya, pemanfaatannya sampai pada penggunaannya dalam keseharian dan perbaikannya. Semua untuk manusia hang berpikir dan berkemauan kompleks.

Manusia, selalu kompleks dalam segala hal. Karakter yang kompleks. Senin ceria, Selasa cemberut. Rabu dan Kamis seragam tapi tak sama, Jum'at dan Sabtu akhir pekan dan Minggu libur. Manusia komplek dari emosi. Diludahi diam saja, giliran diababi( dihina melalui kata-kata) marah tak henti-henti. Sama-sama keluar dari mulut, tapi karena zatnya berbeda respon pun berbeda. Pun perbedaan respon tercipta dari perbedaan karakter.

Manusia selalu kompleks dalam kehidupan sehari-harinya. Dibuatkan karakter yang angkuh ketika disekolah sebagai guru, tapi kemudian dirumah takut istri. Dibuatlah karakter yang lemah lembut, tapi dibalik meja telah membayar pembunuh bayaran. Dicitrakan karakter yang sopan, ceria, simpel dan sederhana, bisa jadi dibalik itu tersembunyi sesuatu yang tidak kita ketahui.

Itulah manusia yang selalu kompleks. Tak mudah menyimpulkan apa, siapa, kenapa, dimana, kapan, bagaimana dan berapa-nya manusia itu. Manusia selalu menarik untuk dipelajari. Kehidupannya, bukan kematiannya.

Minggu, 16 November 2014

Welcome to Banyumas Satria City

Beda Banyumas beda pula Jakarta. Begitu keluar dari hiruk pikuk kota, menembus jalan tol yang selalu hijau di pinggiran bahunya sudah terasa dinginnya ac bus. Memasuki kota-kota kecil seperti Subang, Indramayu dan Cirebon menjadi semakin dingin dan semakin dingin. Lebih dingin lagi memasuki kaki gunung Selamet, di lembah-lembah Bumiayu, Paguyangan dan Ajibarang.

Kalo di Jakarta, tidur malam pun masih harus di kipas-kipas. Padahal setelah sesiangan hujan-hujanan. Pun kadang masih belum cukup. Harus pula disertai lepas baju sampai telanjang untuk menjaga kualitas tidur. Bayangkan betapa panas dan sumpeknya Jakarta. Tapi ribuan orang tiap tahunnya selalu saja berdatangan yang baru.

Banyumas Satria City, pelataran kaki gunung Selamet. Yang konon dibawah tanah kabupaten ini berupa lahar. Tapi setiap malam selalu lebih dingin dibanding Jakarta. Kalo di Jakarta tidur musti telanjang. Tapi kalo di Banyumas, lari pagi cari keringat atau sekedar olahraga jalan kaki masih memerlukan pula jaket kulit tebal. Lengkap dengan masker, penutup kepala dan sarung tangan. Juga celana trening panjang beserta sepatu dan kaos kakinya.

Bayangkan bagaimana malam harinya! Kalau tidur, paling enak berselimut. Lebih enak lagi kalau selimutnya selimut kulit. Emang ada selimut kulit? Jaket kulit kali...

Selimut kulit. Ada kan selimut kulit? Dan lebih enak kalau selimut kulitnya terbuat dari kulit manusia. Wah parah nih. Masa kulit manusia dibuat selimut sih? Iya, bener. Apa lagi kulit manusia lengkap dengan daging tulangnya. Pasti mantap tuh dijadikan selimut malam menemani tidur. Bisa-bisa lupa kalau hari sudah pagi. Pun kalau tak ingat kewajiban makan mungkin kita akan tetap di kasur meski matahari telah menegur.

Kalian tahu selimut kulit manusia yang lengkap dengan daging tulangnya??? Itu adalah suami atau istri kalian.