Laman

Minggu, 17 Agustus 2014

Uyon-uyon 3

Kye cerita pas arep nguripna perjanjen generasi 09. 
Gondrong; Mbah Yai, nyong njaluk pandongane lan restune Si Mbah. InsyaALLAH nyong arep ngadegna sholawatan. 
Mbah Yai; ya apik kwe Ngger. Neng ndi? Karo sapa bae batire? Tp ganu wis tau gawe grup mbok? 
Gondrong; neng Muncu Mbah. Urung nemu batir, anu tembe arep ngawiti sekang nol maning. Nek ganu gawe grup nek siki ngadegna sholawatan. 
Mbah Yai; y, aku mudeng maksud atimu Ngger. Siji pesenku Ngger, kudu diemut-emut. Pecakeran biasane ora adoh-adoh sekang sumur Ngger. 
Gondrong; njih Mbah, kawulo tampi. 
Mbah Yai; halah, kowe kwe gelem kromo maring wong tua nek wis dil-dilan. 
Gondrong; he he he. 
Mbah Yai; wis nganah, lunga, gantian kaeh wis akeh sing ngantri. 
Gondrong; ok Mbah, makasih, dadaaah, cling.
Mbah Yai; bocah gendeng.

Hampir Sekali, Atau Jangan-Jangan Memang Sudah Menjangkiti.


Kisah aschabul kahfie, yang membela kebenaran Nabi Isa 'alaihis-sholatu was-salam tercengang dengan sebuah agama baru yang muncul dari kebenaran Nabi Isa 'alaihis-sholatu was-salam. Kebenaran itu adalah Nabi Isa 'alaihis-sholatu was-salam sebagai nabi dan rosul. Tetapi 300 tahun setelah masa aschabul kahfie, seorang nabi dipuja menjadi Tuhan.
Dalam kalangan islam salaf (bukan salafi ya, beda loh), orang-orang mengagungkan begitu rupa terhadap Nabi Muhammad sholaLLOHU 'alaihi wabaroka was-salam. Tidak salah. Memang begitu terlalu Agung jika hanya dipuja (sholawat).
Dan sekian ratus tahun kemudin. Di masa kekianan, bermunculan icon-icon sholawat. Orang-orang memuja dan memuji icon-icon itu. Tetapi mereka lupa tentang Nabi Muhammad sholaLLOHU 'alaihi wabarik was-salim.
Bes-sholawat tidak harus bersama habib syeh, tidak harus bersama habaib manapun. Ber-sholawat tidak harus bersama Gondrong.
Ber-sholawat tidak harus di masjid, tidak harus di mushola, tidak harus di majlis sholawat. Ber-sholawat tidak harus digembor-gemborkan. Tidak harus dikeraskan. Tidak harus dan tidak harus. Termasuk tidak harus dengan suara merdu (jere mba Nar sing suarane ora merdu. Padahal lolos seleksi vokal dawamus-sholawat).
Esensi sholawat adalah bagaimana kita mengagungkan Sosok Agung tiada terkira. Bagaimana, dimana, kapan, berapa, apa, dan siapa keagungan itu muncul, ter-pujikan(ter-sholawat-kan). Kemudian menjadi bentuk tingkah laku manusia yang memanusiakan manusia. Menjadi manusia yg meng-ulamakan ulama. Menjadi manusia yg menabikan Nabi, merosulkan rosul dan menuhankan Tuhan. Bukan menuhankan akal, perasaan apalagi bentuk-bentuk kebendaan. Seperti uang, harta, kegantengan, kecantikan dan tentu kegagahan untuk menggagahi manusia lain.

Uyon-uyon 2

Gondrong   ; Lah belih, beyekan gari nganggo ikih, tugel ya ngonoh.
Si Mbah      ; Sih, dapurmu. Kue depawiti beyekan kon nggo ngempani anak bojo. Ora kon nggo tugel-tugelan. De rumat sing bener kue beyekane.
G                ; lah ngangsa temen. Anak urung due, bojo tembe arep depet wis mlayu. Ya anu ndeyan beyekane kon nggo tugel-tugelan.
SM              ; Kyeh bocah, derungokna nek wong tua lagi ngomong. Ora usah cokan kewanen arep urip dewek. Sepira dayamu? Sepira kuatmu?
G                ; Owala Mbah, Mbah. Ya wis ayuh urip bareng Mbah bae.
SM              ; Bebeh nyong kon urip karo ko. Ngedap. Urip kur dolanan dialektika tok. Udud ngopi ya nunut. Nyong mati ya mentakan ko teyeng ngubur? Duit be ora due.
G                ; Lah kueh. Mbaeh be ngedap urip karo nyong, apamaning wong lia?
SM              ; Alah ngedap nyong ngurusi ko. Cling(Mbaeh ngilang).
G                ; Owala Mbah Mbah,(maca donga). Cling(Mbaeh teka maning nggawa bentong).
SM              ; Ngapa maning nyeluki nyong?
G                ; he he he, ora Mbah, kur arep ngomong, . .
SM              ; Ngomong apa maniiing?
G                ; Assalamu'alaikum. Cling.
SM              ; Owalaaa bocah kurangajar.

Uyon-uyon 1


Guyon disit.
Ini jaman susah. Banyak bahan pokok yg harganya meninggi. Apalagi menjelang bulan puasa dan lebaran. Semua bahan pokok hampir tak terbeli.
Suatu hari seorang anak remaja mendekati ibunya. Dalam hati hendak minta uang.
"mah minta duit donk?" kata sang anak. Tp begini jawab ibunya;"duit, duit, . . Duit terus. Buat apa sih? Tau ngga sih kamu? Sekarang jaman susah, nyari uang seribu perak saja susah." sambil marah-marah.
Tp dasar anak jaman sekarang pada pinter. Jd bisaaa aja jawabnya. Begini katanya; "iya lah bu, sekarang emang nyari seribu susah, wong yg banyak kan duaribuan."

Awas Ada Kasta


Kasta (ora nganggo ma) atau tingkatan dalam masyarakat memetakan pergaulan. Ada brahmana, satria, waisya dan sudra. Brahmana atau dalam bahasa keislaman adalah alim ulama. Sedang satria adalah pemerintahan, baik kepala maupun prajuritnya. Waisya adalah kaum wirausahawan, pedagang dan petani, nelayan. Lalu sudra adalah pekerja kasar yang melayani 3 kasta seblumnya.
Urutan ketingian drajat atau kemuliaan sama persis seperti yang telah ditulis. Brahmana, satria, waisya, dan sudra. Kasta ini ada pada saat kerajaan Hindu Budha berkuasa di Nusantara.
Lalu kedatangan orang-orang eropa mengubah semuanya. Memanfaatkan apa yang sudah ada. Kemudian menanamkan pelajaran kasta ini ke seluruh Nusantara. Dengan design, fungsi dan pengertian yang berbeda.
Orang eropa, dengan kapal yang bisa mengarungi samudra, bersenjata senapan api dan meriam, menempatkan diri sebagai brahmana. Keilmuan, kecanggihan teknologi yang dibawanya, juga kerakusannya memaksa raja-raja Nusantara mengakui mereka sebagai brahmana berkulit putih kemerahan.
Kasta satria masih tetap di posisi ke dua. Disusul waisya yang berisi pedagang asing selain eropa. Kebanyakan adalah Cina dan orang-orang timur tengah. Dan sudra adalah abdi bagi semua kasta. Terdiri dari semua orang Nusantara asli. Khususnya Yawabhumi, atau Jawadwipa, atau jawa.
Hingga saat ini sistem kasta ini masih bercokol kuat didalam pikiran dan hati orang-orang Nusantara. Dalam benak kita, menggunakan product asing lebih "wah" ketimbang menggunakan product dalam negeri. Segala apa yang berbau asing ditiru demi membuat "wah" diri. Dan akhirnya semua yang berasal dari negeri sendiri adalah hina.
Mari bersama kita hapuskan nalar yang demikian. Sejatinya manusia dari manapun asalnya adalah sama. Kita pun bisa seperti eropa. Bahkan lebih. Kita pun bisa seperti Amerika, bahkan melampaui. Hanya dengan 1 jalan. Tanamkan pada diri bahwa manusia, adalah sama, kualitas maupun derajat kemuliaannya.

Palestina vs Israel


Konflik ini sudah dimulai jauh hari bulan tahun abad lalu. Israel, dalam sejarah adalah orang perantauan yang tidak punya tanah air. Dari nabi Ishak AS lalu nabi Ya'qub AS lalu Nabi Yusuf AS.
Nabi Yusuf AS yang dibuang saudara-saudaranya kemudian dipungut raja Mesir. Ceritanya ada dalam al-qur an surat yusuf. Dan berkembang-biaklah keturunan Nabi Ya'qub ini dan termafhum dengan nama anak2 isroil atau bani isroil.
Sepeninggal Nabi Yusuf orang2 asli mesir iri dengan kedudukan bani isroil. Lalu rada mesir menurunkan derajat mereka menjadi budak. Kemudian datanglah Nabi Musa AS dengan janji tanah perdamaian. Di daerah Yerusalem. Dan seterusnya seterusnya seterusnya.
Bani isroil yang enggan taat kepada Tuhan konon mendapat kutukan. Tidak akan mendapat tanah perdamaian yang telah dijanjikan. Dan setelah selesai masa Nabi Isa yg bukan dari bani isroil, kaum yahudi(bukan agama) atau bani isroil ini tersebar keseluruh dunia tanpa tanah air yang jelas.
Begitulah yang kemudian memunculkan keinginan untuk membentuk negara yahudi, Israel. Yang didukung kaum yahudi yang tersebar diseluruh penjuru dunia dan menempati posisi penting di negara2 hebat eropa dan amerika. Bahkan negara2 timur tengahpun disusupi kaum yahudi ini.
Siapa yang akan melawan israel kalau sudah demikian?
Siapa bilang tak ada tujuan tertentu yang kita tidak tahu, kalau israel dengan dukungan penuh bisa mengalahkan Palestina dengan mudah? Saya kira tidak sekedar politik, wilayah kekuasaan, agama. Ada yang lebih dari sekedar itu.

Tradisi


"Kali ilang kedunge, wong wadon ilang wirange, pasar ilang kumandange".
Suatu saat datang masa seperti yang telah digambarkan itu. Adalah sebuat masa kehancuran. Tahun-tahun yang kehilangan segala-galanya dari manusia.
Mungkin yang paling mudah dimengerti adalah "wong wadon ilang wirange". Perempuan tidak punya malu. Dimana-mana sudah banyak perempuan MBA(Meried by acident). Menikah karena hamil duluan. Dimana-mana perempuan tanpa malu mengumbar kewanitaannya dimuka panggung. Dengan demikian perempuan sebagai guru pertama anak bangsa telah mengajarkan hal-hal yang tak pantas. Menuai kehancuran masa depan anak bangsa.
"Kali ilang kedunge". Yaitu ketika manusia mengumbar ilmunya yang pas-pasan. Ilmu-ilmu yang dipelajari secara instan menciptakan guru-guru yang dangkal. Kedung, merupakan bagian sungai yang terdalam. Kemudian hilang oleh karena cara belajar instan. Aliran ilmu tak menciptakan kedung. Tapi ngaku-ngaku sebagai kedung. Sebagai sumber ilmu.
"Pasar ilang kumandange". Seperti tradisi lebaran pun sudah hilang. Orang yang obral maaf dimana-mana. Di jejaring sosial, dari sms, telephon dan semuanya. Tapi sebenarnya tak ada tegur sapa disana. Hanya tinggal tradisi saja.
Dulu sekali. Aku masih ingat ketika lebaran tiba maka setelah usai sholat riyaya semua manusia berkumpul di kuburan. Ziaroh, menyapa, memohon maaf, mendo'akan sesepuh, orang tua, sanak keluarga dan siapapun yang mereka kenal. Dan selesainya ziaroh itu, satu persatu mendatangi pintu demi pintu demi segepok maaf. Yang muda mendatangi yang tua. Yang tua menyayangi yang muda. Yang penting sekali, ketika belum ada sepeda motor dan mobil, kita seperti semut. Setiap ketemu sebuah rombongan keluarga, kita memerlukan untuk berjabat tangan. Dengan jalan kaki kita bisa ketemu dengan hampir semua penduduk desa. Kecuali sesepuh yang sudah tak bisa jalan.
Tapi sekarang pemandangan itu telah hilang lenyap. Motor tak mau berhenti ketika berpapasan. Mobil terus jalan ketika orang-orang menepi dari jalan. Tak ada lagi jabat tangan dijalan.
Dulu sekali, setiap pulang dari kuburan, selalu keliling sebanyak 40 rumah yang terdekat dengan rumah kita. Tapi sekarang yang demikian sudah hilang. Hanya menyambangi rumah orang tua dan sesepuh saja. Padahal dosa terbanyak ada pada tetangga.
Itulah "pasar ilang kumandange" di hari yang hanya punya fitri. Yang masih gundah gulana melihat 3 ramalan kehancuran.

Welas Asih

Melihat dengan mata hati yang welas asih menjadi ketentraman sekaligus kegundahan. Ketentraman karena kenikmatan dan keberuntungan yang dilihat tidak menimbulkan kedengkian. Kegundahan karena ternyata masih banyak manusia yang perlu kita welas-asih-i. Terutama sekali adalah manusia yang dalam hatinya tidak mengenal welas asih. Mencederai, menyakiti, pun meneror tanpa henti.

Berbuat baik dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja. Dimana saja tempat kita berada, tempat kita melihat orang yang tersakiti. Kapan saja bahkan saat kita merasa harus membalas kesakitan yang menimpa kita. Siapa saja, baik yang pantas maupun yang menurut sebagian orang tak pantas menerima kebaikan kita. Karena telah menyakiti kita.

Meskipun kadang kebaikan yang kita berikan tak menyelesaikan masalah. Tapi peraturannya memang berbuat baik tanpa syarat kan? Bukan harus berbuat baik yang menyelesaikan masalah. Seperti bantuan dana untuk Palestina. Itu tidak akan menyelesaikan masalah. Tapi ketimbang tidak berbuat baik?

Termasuk Indonesia. Kita perlu berbuat baik minimal dengan hadiah fatihah sehari sekali. Sebelum itu tentu yang layak mendapatkan hadiah fatihah itu seperti Nabi, para shohabat, aulia, kyai dan guru kita, lalu orang tua dan sesepuh. Minimal mendo'akan yg baik-baik. Lahummul Fatihah!!!